Selamat Idul Fitri 1439 H Taqabbalallahu Minna wa Minkum

Senin, 10 April 2017

Memesona Orang-orang Sesuai “Jarak Relasi”


Tampil #MemesonaItu adalah impian setiap manusia normal di planet ini.

Tiap orang – pria atau wanita, tua maupun muda, kaya ataupun miskin, rakyat terjelata hingga pejabat tertinggi, pendek kata: semua kalangan – selalu berusaha untuk tampil memesona, baik di lingkungan sosialnya yang internal maupun eksternal.

Semua itu manusia lakukan mulai dari hanya sekadar “diterima” atau “mempertahankan posisi” di sebuah lingkungan sosialnya, hingga “merebut kendali” di sebuah lingkungan yang lebih eksklusif. Semua ini dilandasi berbagai level dari motivasi “kebutuhan” hingga “keinginan” dan “ambisi” manusia itu sendiri dalam menjalani kehidupannya.

Jadi, jelaslah, tampil #MemesonaItu merupakan kebutuhan tiap orang untuk memelihara ketahanan hidup serta eksistensinya di muka bumi ini.

Lantas, apakah yang dimaksud “tampil #MemesonaItu”?

Jawabannya adalah: tergantung “siapa” sasaran dari pesona yang kita ingin tebarkan itu. Ini terkait dengan “jarak relasi” kita masing-masing, yang terdiri dari 5 (lima) level, yaitu: (1) Jarak relasi yang “terdekat”; (2) Jarak relasi yang “dekat”; (3) Jarak relasi yang “agak jauh”; (4) Jarak relasi yang “jauh”; dan (5) Jarak relasi yang “terjauh” – yang selaras dengan nilai-nilai budaya, tradisi, serta berbagai preferensi etika lainnya yang berlaku di lingkungan sosial yang bersangkutan.


Jarak relasi yang pertama, yaitu yang “terdekat”, adalah dengan “pasangan hidup” atau “kekasih” kita. Dalam konteks ini, tampil memesona di hadapannya lebih banyak didominasi motivasi-motivasi yang bersifat “pribadi” seperti “kasih sayang”, “saling memiliki”, dan “kekeluargaan”. Oleh karena itu, maka jenis pesona yang kita tampilkan untuk jarak relasi “terdekat” ini pun lebih bersifat pribadi, bahkan “intim”. Malah, jika pasangan hidup kita itu sudah “legal”, sebaiknya pesona yang kita tampilkan untuknya lebih banyak dibumbui dengan “erotisme”, “cinta” – utamanya “cinta berahi” yang dilandasi hasrat-hasrat seksual, di samping “cinta platonik” yang bersifat spiritual dan kekeluargaan – serta “adegan-adegan romantis dan mesra” yang akan makin mengokohkan hubungan kita dengan dia secara fisik, mental, dan spiritual.

Selanjutnya, yang kedua, ialah jarak relasi yang “dekat”, yaitu dengan anak kandung kita, kedua orang tua kita, dan saudara kandung kita. Jarak relasi di sini masih bersifat “pribadi” tetapi tidak “intim”. Di sini pun wajib ada “cinta”, tetapi “cinta platonik”, dan bukan “cinta berahi” seperti pada jarak relasi yang “terdekat” tersebut di atas. Pada jarak relasi yang “dekat” ini sama sekali tidak ada “erotisme”. Memang di sini masih ada “adegan-adegan mesra” tetapi tidak “romantis” dan sangat berbeda dibanding adegan-adegan pada jarak relasi “terdekat”. Di sini, misalnya, ada saling berpelukan dan saling berciuman tetapi sama sekali tidak dilandasi nafsu berahi, kecuali rasa kangen dan saling menyayangi secara kekeluargaan. Saling berpelukan dan berciuman dalam konteks “cinta platonik” pasti sangat berbeda jauh dibanding dalam konteks “cinta berahi” baik secara visual, intensitas, maupun nuansanya.

Yang ketiga adalah jarak relasi yang “agak jauh” – antara lain dengan para tetangga, teman sekantor, para klien, para kenalan, dan sebagainya. Pada jarak ini situasi berubah dari “hubungan pribadi” menjadi “hubungan kerja sama”, “persahabatan”, atau “ikatan kelompok”. Di sini hanya ada “cinta platonik”. Di sini sama sekali tidak ada “cinta berahi”, “adegan-adegan romantis dan mesra”, dan berbagai interaksi intim lainnya. Mungkin pada jarak relasi “agak jauh” ini masih ada semacam semangat “kekeluargaan” namun kadar, intensitas, dan frekuensinya pasti sangat berbeda dibanding pada jarak relasi yang “dekat”, apalagi yang “terdekat”.

Yang keempat ialah jarak relasi yang “jauh”, yang terdiri dari orang-orang yang “agak asing” dengan kita, misalnya dengan orang-orang yang baru kita kenal, tetangga jauh yang sangat jarang kita bertemu apalagi bertegur sapa, famili jauh yang nyaris tak pernah kita bertemu dengan mereka, dan semacamnya. Sesuai dengan jarak relasinya, hubungan kita dengan orang-orang dalam berbagai kelompok ini memang cukup “jauh”. Saking jauhnya, kita tak punya kesempatan untuk membangun “hubungan kerja sama”, “persahabatan”, atau “ikatan kelompok”. Kita pun tak punya “cinta platonik” pada mereka.

Dan, yang terakhir adalah jarak relasi “terjauh”. Ini terdiri dari orang-orang yang kita tidak kenal tetapi, karena satu dan lain hal, kita berada dalam satu tempat dengan mereka, misalnya sesama peserta sebuah seminar atau pesta pernikahan, sesama penumpang pesawat atau kereta api yang duduk berdekatan, dan sebagainya. Dengan mereka ini kita sama sekali tidak punya hubungan apa-apa selain “sesama warga negara” atau “sesama umat manusia”. Satu-satunya yang mengikat kita dengan mereka hanyalah “tata krama” atau “kesopanan”.

Lalu, bagaimana caranya kita “tampil #MemesonaItu” di hadapan kelima kelompok sesuai jarak-jarak relasi tersebut?

Caranya sangat mudah. Yaitu: “TAMPILLAH SESUAI JARAK RELASI KITA”. Jika jarak relasi kita dengannya adalah yang “terdekat”, maka berinteraksilah dengannya dengan jarak relasi yang “terdekat” pula – jangan dengan jarak relasi yang “dekat” apalagi yang “agak jauh”.

Jika kita menukar-nukarkan “cara” tampil kita dengan “jenis” jarak relasi kita, pasti akan timbul masalah, bahkan mungkin “bencana”.

Dengan memelihara penampilan kita sesuai jarak relasi tersebut, kita PASTI AKAN MEMESONA DI HADAPAN SIAPAPUN.

Karena pada prinsipnya, “orang yang memesona adalah orang yang meletakkan segala sesuatu pada tempatnya”.

Sederhana bukan?


#MemesonaItu

1 komentar:

  1. Artikelnya bagus, Mbak! Aku setuju kalau memesona itu berarti meletakkan segala sesuatu sesuai tempat dan porsinya. Setiap orang bisa kok terlihat memesona tergantung siapa yg menilai, apakah pasangan, saudara atau orang lain:)

    silakan mampir, Mbak:
    http://saycintya.blogspot.co.id/2017/04/review-derma-angel-acne-patch-rahasia.html

    BalasHapus


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Terima kasih sudah berkomentar yang sopan dan membangun.
Jangan bosan untuk berkunjung lagi ya....