Sejak kecil, saya sering
diledek sekaligus dicap “tomboy” gara-gara kebiasaan saya minum kopi.
Memang sejak masih
berusia 7 tahun, saya sudah terbiasa ngopi.
Awalnya saya sering
melihat ayah saya, almarhum, tiap pagi dan sore asyik menyeruput kopi panasnya.
Beliau nampak penuh kepuasan sensasional saat menikmati kopinya di tengah
dinginnya udara pegunungan di desa kelahiran saya tempo hari.
Ketika memasuki masa
remaja dan hijrah di perantauan untuk melanjutkan pendidikan, hobi ngopi saya
makin menjadi-jadi. Meski waktu itu tak ada yang memanggil saya “tomboy”, namun
dari mimik orang-orang yang keheranan melihat keakraban – bahkan boleh dibilang
kerakusan – saya melahap kopi, saya menduga masih banyak orang yang mempersoalkan
femininitas saya walau mereka tak berani mengucapkannya.
Kini, setelah berumah
tangga dan dikaruniai dua orang anak, bahkan anak sulung yang telah berumah
tangga telah memberi saya seorang cucu yang hitam manis mirip kopi kesukaan
saya, saya kian merasa mustahil berpisah dari kopi.
Bahkan saya pernah
berseloroh di depan para anggota keluarga kami, “Aku mendingan berpisah sama
suami ketimbang berpisah sama kopi.” Ini, kontan, membuat suami saya tersenyum
sepahit kopi tanpa gula.
Saya tak pernah menyesal
atau cemas terhadap coffee-holic saya. Bahkan saya makin merasa nyaman,
bahagia, dan sehat. Terlebih lagi setelah saya membaca beragam hasil riset dari
para pakar di berbagai belahan dunia bahwa ternyata kebiasaan ngopi
sangat bermanfaat bagi kesehatan fisik maupun mental.
Kebiasaan minum kopi –
menurut kesimpulan para ilmuwan – dapat menghilangkan rasa sakit, meningkatkan
asupan serat ke dalam tubuh, membentengi tubuh dari gangguan liver serta
kerusakan liver akibat kebiasaan minum alkohol (cirrhosis), menekan
risiko diabetes tipe 2, mengurangi risiko penyakit alzeimer dan parkinson, dan mengontrol
depresi dan risiko bunuh diri.
Mengonsumsi kopi juga
dapat meredam penyakit jantung. Para peneliti lainnya bahkan membuktikan, para
peminum kopi mempunyai DNA yang lebih kuat, serta terhindar dari gangguan
sklerosis dan kanker.
Temuan-temuan berbagai
riset teranyar di seantero jagat malah lebih heboh lagi: kopi dapat
menghindarkan peminumnya dari risiko kanker hati, asam urat, dan kerusakan
retina. Kopi pahit memerangi penyakit gusi dan gigi berlubang.
Hampir semua ilmiawan
sepakat, kopi dapat memperpanjang usia. Tak heran jika Badan Kesehatan Amerika
(USDA), dalam panduan gizinya tahun 2015, merekomendasikan tiap orang agar mengonsumsi
kopi.
Bagi saya pribadi,
meskipun kopi punya seabrek manfaat kesehatan, namun pada prinsipnya saya minum
kopi terutama sekali karena faktor selera kuliner. Dalam konteks ini, kualitas
kopi yang bersangkutan merupakan prioritas utama.
Dari sinilah #KapalApiPunyaCerita
mewarnai sejarah kuliner keluarga saya dalam tradisi perkopian.
Menurut pengalaman saya
selama puluhan tahun sebagai penggila kopi, ada tujuh kualitas fundamental yang
menentukan apakah kopi tertentu nikmat dikonsumsi serta digeluti sebagai
“pasangan hidup”, ataukah tidak.
Ketujuh kualitas itu ialah:
cita rasanya yang lezat, aromanya yang merangsang selera, kenikmatannya saat
diseruput dan diteguk, sensasi rasa pahitnya yang pas dan memikat, derajat
keasamannya yang tak kurang dan tak lebih sehingga makin menyempurnakan akseptabilitas
lidah dan langit-langit, campuran gulanya yang kompatibel dengan serbuk kopi
dan volume air, dan yang terakhir: reaksi fisik dan mental si peminum kopi tak
lama setelah mereguk kopi yang bersangkutan.
Semua itu merupakan
komponen-komponen yang membentuk sensasi dan berahi kuliner saat seseorang
menyeruput segelas kopi.
Namun, ketujuh kualitas itu,
pada prinsipnya, tergantung hanya pada satu faktor, yakni mutu dari serbuk kopi
yang siap diseduh dan dikonsumsi.
Banyak jenis dan merek
kopi di pasaran yang mendekati, atau berusaha mencapai, ketujuh kualitas
tersebut.
Keluarga kami sejak dulu
telah mencoba berbagai merek kopi yang beredar di pasaran. Namun, sejak 38
tahun yang lalu, yakni sejak munculnya Kopi Kapal Api, kami telah kesengsem
pada si hitam sensual produksi PT Santos Jaya Abadi itu, dan menjadikannya
bagian utama dari kebutuhan mendasar kami sekeluarga dalam memenuhi hasrat kami
terhadap kopi terbaik.
Ya, kami melakukan itu
karena “Kopi Kapal Api Jelas Lebih Enak” bagi kami bukan sekadar slogan atau
basa-basi iklan, melainkan benar-benar suatu kenyataan.
Itulah sebabnya, saya dan
seluruh anggota keluarga saya makin menyatu dengan Kopi Kapal Api.
Tulisan ini diikutsertakan pada #KapalApiPunyaCerita Blog Competition 1 November - 27 Desember 2017
Note:
Alhamdulillah, menjadi salah satu pemenang voucher belanja senilai Rp 200.000,-
Daftar Pemenang #KapalApiPunyaCerita Blog Competition.